Pengertian Penyandang Tunadaksa, Jenis-jenis, serta Karakteristiknya

Diposting pada

Pengertian Penyandang Tunadaksa, Jenis-jenis, serta Karakteristiknya

Gurubaca.com. Istilah kelainan penyandang tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rusak dan “daksa” yang berarti tubuh. Secara umum, pengertian tunadaksa merupakan suatu kondisi yang mana seseorang memiliki ketidakmampuan pada anggota tubuh tertentu karena gangguan atau hambatan pada sendi, otot bahkan tulang sehingga tidak berfungsi secara normal.

Dengan demikian, hal ini menyebabkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi dan perkembangan keutuhan individu itu sendiri.

Kelainan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit, luka akibat kecelakaan atau bahkan pertumbuhan yang tidak sempurna sejak lahir.

Jenis-jenis Tunadaksa

Pengertian Penyandang Tunadaksa, Jenis-jenis, serta Karakteristiknya

Berikut ini jenis-jenis atau kelompok utama penyandang tunadaksa.

1. Disabilitas Muskuloskeletal

Kondisi ini ditandai dengan adanya masalah pada bagian otot, tulang, dan sendi. Tingkat keparahannya pun bisa bervariasi, yaitu gangguannya bisa terjadi secara tiba-tiba dengan penyembuhan yang cepat, contohnya yaitu keseleo atau patah tulang atau bisa berlangsung seumur hidup dan menyebabkan disabilitas atau kecacatan.

2. Disabilitas Neuromuskuloskeletal

Kondisi ini, yaitu berupa ketidakmampuan dalam menggerakkan bagian tubuh tertentu yang diakibatkan oleh suatu penyakit, degenerasi, atau gangguan pada system saraf, yang menyebabkan gangguan fisik,

Contoh dari gangguan tersebut adalah cerebral palsy, cedera tulang belakang, cedera kepala, poliomyelitis.

Baca : Kategori Tunanetra Anak Berkebutuhan Khusus serta Karakteristiknya

Karakteristik Penyandang Tunadaksa

1. Karakteristik Fisik

Anak penyandang tunadaksa selain mengalami cacat tubuh, juga cenderung mengalami gangguan lain, seperti berkurangnya daya penglihatan, pendengaran, gangguan bicara, sakit gigi dan lain-lain.

Gangguan bicara biasanya berasal dari kelainan motorik alat bicara (kaku atau lumpuh), seperti lidah, bibir dan rahang sehingga menyebabkan terganggunya pembentukan artikulasi yang benar dalam berbicara.

Anak penyandang tunadaksa juga mengalami aphasia sensoris, artinya ketidakmampuan bicara karena organ reseptor anak terganggu fungsinya, dan aphasia motorik, yaitu mampu memahami atau menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya melalui indra pendengarnya, tetapi tidak bisa mengemukakannya lagi secara lisan.

2. Karakteristik Akademik

Intelegensi anak penyandang tunadaksa yang memiliki kelainan pada system otot dan rangka adalah normal sehingga dapat mengikuti kegiatan belajar sama dengan anak normal pada umumnya.

Akan tetapi, anak penyandang tunadaksa yang memiliki kelainan pada system cerebral, tingkat kecerdasannya bermacam-macam. Mulai dari tingkat idiocy sampai gifted.

Selain kecerdasan yang bervariasi, anak cerebral palsy juga mengalami kelainan persepsi, kognisi, dan simbolisasi.

a. Kelainan persepsi

Kelainan persepsi, yaitu terjadi karena saraf penghubung dan jaringan saraf menuju otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh saraf sensoris, kemudian ke otak (yang bertugas menerima dan menafsirkan, serta menganalisis) mengalami gangguan.

b. Kemampuan kognisi

Kemampuan kognisi mengalami keterbatasan karena adanya kerusakan pada otak sehingga mengganggu fungsi kecerdasan, pendengaran, penglihatan, bicara, peraba, bahkan bahasa.

Oleh karena itu, anak tersebut tidak dapat berinteraksi dengan baik di lingkungannya. Hal ini terjadi secara terus-menerus melalui persepsi dengan menggunakan media sensori (indra).

c. Gangguan pada simbolisasi

Gangguan pada simbolisasi menyebabkan anak penyandang disabilitas kesulitan dalam menerjemahkan apa yang dia dengar dan lihat. Akibat gangguan ini akan memengaruhi prestasi akademiknya.

3. Karakteristik emosi dan sosial

Anak tunadaksa secara emosional menganggap diri nya cacat, tidak berguna, bahkan mereka berpikir mereka hanyalah beban orang lain.

Pemikiran ini menyebabkan seorang anak penyandang tunadaksa menjadi orang yang malas belajar,dan tidak ada motivasi untuk belajar.

Kegiatan jasmani  yang tidak dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat berakibat timbulnya problem emosi, seperti mudah marah, mudah tersinggung, pemalu, menyendiri serta frustasi.

Oleh karena itu, biasanya anak penyandang tunadaksa tidak memiliki rasa percaya diri serta sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya.

Demikian ulasan mengenai pengertian penyandang tunadaksa, jenis-jenis, serta karakteristiknya. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan